Karya Ilmiah Remeja Fermentasi Urine Sapi



KARYA ILMIAH REMAJA
FERMENTASI URINE SAPI SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN














Di Susun Oleh

Abdul Asri Saputra
178



SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI I PETERNAKAN
KECAMATAN MENDO BARAT
BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2009 / 2010


LEMBAR PENGESAHAN

Nama                           : Abdul Asri Saputra
NIM                            : 178
Guru Pembimbing       : Ibu Sri Gustina, S.Pt.
Judul Penulisan           "FERMENTASI URINE SAPI (Bison benasus L)SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN".

Pangkalpinang, November 2009

Disetujui Oleh:

Kepala SMK N I Mendo Barat                                  Kepala Jurusan Peternakan


(Eko Rianto, SP.)                                                        (Eko Purnomo, S.Pt.)




KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr,wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya karya ilmiah ini yang berjudul“FERMENTASI URINE SAPI SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN”.
Dalam penulisan dan penyusunannya kami tidak mengalami kendala yang berarti. Hal ini tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada :
1.                  Kedua orang tua yang telah mendukung kami dalam melaksanakan karya ilmiah ini
2.                  Bapak Eko Rianto, SP selaku Kepala Sekolah SMK N I Mendo Barat
3.                  Bapak Eko Purnomo, S.Pt. selaku ketua Jurusan Peternakan
4.                  Ibu Sri Gustina, S.Pt. selaku Guru Pembimbing
5.                  Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati kami menerima adanya kritik dan saran yang membangun dari pihak manapun demi perbaikan dimasa yang akan datang.. Akhir kata kami ucapkan selamat membaca. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr,wb.

Pangkalpinang, Desember 2009


Penulis




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vi
ABSTRAKSI.............................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
  1. Latar Belakang................................................................................... 1
  2. Pembatasan Masalah........................................................................... 2
  3. Permasalahan...................................................................................... 2
  4. Tujuan Penelitian................................................................................ 2
  5. Manfaat Penelitian.............................................................................. 2


BAB II LANDASAN TEORI..................................................................... 3


BAB III METODOLOGI.............................................................................. 12
A.    Tempat dan Waktu............................................................................... 12
B.     Alat dan Bahan..................................................................................... 12
C.     Pelaksanaan Penelitian.......................................................................... 13
D.    Hasil yang Dicapai................................................................................ 13
E.     Perhitungan Biaya Wirausaha............................................................... 14
F.      Sasaran Pemasaran................................................................................ 15


BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................... 17


BAB V PENUTUP......................................................................................... 18
A.    Kesimpulan........................................................................................... 18
B.     Saran..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA


LAMPIRAN

1.      Hasil  Proses Pencampuran Urine sapi
2.      Hasil Urine Sapi
3.      Lengkuas
4.      Temu Ireng
5.      Jahe
6.      Kencur
7.      Tebu
8.      Brotowali
9.      Kunyit


1.        

FERMENTASI URINE SAPI SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN

Abdul Asri Saputra
Jurusan Peternakan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Mendo Barat

ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk memenfaatkan urine sapi sebagai pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian. Penelitan ini dilaksanakan selama bulan Desember 2007, bertempat di Laboratorium Biologi SMA Pancasila 1 Wonogiri. Komposisi bahan yang digunakan adalah: urine sapi, lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, butrowali, tetes tebu. Dari hasil penelitian yang dipoeroleh kesimpulan bahwa urine sapi bisa dibuat pupuk cair dengan menambahkan bahan - bahan tambahan seperti lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, butrowali.
 Bahan - bahan tadi berfungsi untuk menghilangkan bau urine sapi. Sedangkan untuk tetes tebu berfungsi untuk fermentasi dan memenyuburkan mikroorhanisme yang ada didalam tanah, tetes tebu ini sendiri mengandung bakteriSacharomyces Sereviceae yang berfungsi untuk fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa urine sapi bisa dibuat pupuk cair yang sangat menyuburkan tanaman pertanian.

Pembimbing                                                    Kepala SMK N I Mendo Barat


Sri Gustina, S.Pt.                                                        Eko Rianto, SP




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sapi (Bison benasus L) merupakan ternak ruminansia besar yang mempunyai banyak manfaat baik untuk manusia ataupun tumbuhan, seperti daging, susu, kulit, tenaga dan kotoran. Selain itu urinenya juga bisa dimanfaatkan. Urine sapi (Bison benasus L) bisa di buat pupuk cair sebagai pestisida untuk tanaman. Penulis telah membuat pupuk cair dan hasilnya cukup baik.
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini sangatlah mudah dan tidak membutuhkan waktu lama serta baik untuk tanaman dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik. Bahan yang digunakan untuk membuat pupuk cair ini juga mudah di dapat dan biayanya relatif murah. Dengan adanya pembuatan pupuk cair ini masyarakat diharapkan mau mencoba membuat dan memakinya.
Produk yang dibuat ini mempunyai keunggulan tersendiri yaitu harganya murah, pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain. Produk ini berfungsi sebagai pengusir hama tikus, wereng, walang sangit, dan penggerek serta sebagai sumber pupuk organik.
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini membutuhkan bahan tambahan lainnya agar urine berkomposisis kimia yag baik. Bahan tambahan ini seperti lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, dan tetes tebu. Untuk lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali maksud penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkan bau urine ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama. Untuk tetes tebunya untuk fermentasi urine sapi (Bison benasusL) dan menyuburkan mikroba yang ada di dalam tanah, karena tetes ini mengandung bakteri Sacharomyces cereviceae. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengambil penelitian yang berjudul "FERMENTASI URINE SAPI (Bison benasus L)SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN".

B. Pembatasan masalah
1.                  Urine sapi yang digunakan sapi (Bison benasus L)jantan jawa dirumah Bapak Ridhiyanto desa Ngemplak, Kecamatan Ngadirojo
2.                  Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, butrowali dibeli dipasar Ngadirojo
3.                  Tetes tebu dan starter atau bibit bakteri Sacharomycec sereviceae dibeli di Bapak Panut sentra produksi Alkohol Bekonang

C. Permasalahan
Apakah urine sapi (Bison benasus L) bisa dijadikan pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian?

D. Tujuan Penelitian
Untuk memanfaatkan urine sapi (Bison benasus L) untuk dibuat pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian.

E. Manfaat Penelitian
1. Memanfaatkan limbah petarnakan khususnya urine sapi untuk pupuk cair
2. Meningkatkan intensifikasi pertanian
3. Meningkatkan masyarakat untuk berwirausaha sendiri
4. Untuk perkembangan teknologi pertanian



BAB II
LANDASAN TEORI

Siapa bilang air kencing sapi merusak lingkungan. Buktinya, sapi di Sumatra Barat (Sumbar), tepatnya di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Air kencing dari satu ekor sapi mamp menyuburkan sekitar empat hektare sawah yang setiap hektarenya bisa menghasilkan enam hingga delapan ton padi atau gabah.Air kencing, ya tetap air kecing, yang keluar dari alat vital sapi,. Kandungan kimia urine sapi adalah N : 1,4 sampai 2,2 %, P: 0,6 sampai 0,7%, dan K 1,6 sampai 2,1. Namun sebelum keluar dari tubuh sapi itu, makanan sapi harus direkayasa dulu. Awalnya, hasil penemuan yang disebut sistem pupuk organik urine sapi (kosarin), semata-mata memang bukan untuk menyuburkan tanaman atau tumbuhan. Melainkan untuk menyuburkan sapi. Cara menggemukkan sapi ini dengan memberikan makanan jeram dicampur garam dan enzym Bossdext (Setiono Hadi, 2004).
Peningkatan produksi jahe di Indonesia sangat diperlukan, yang dapat dilakukan melalui perbaikan tehnik budidaya terutama pada fase awal pertumbuhan tanaman.Penggunaan pupuk kandang dan urin sapi sebagai zat pengatur tumbuh diharapkan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman jahe sehingga produksinya meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis pupuk kandang, pengaruh konsentrasi urin sapi dan interaksi antara penggunaan beberapa macam pupuk kandang dan konsentrasi urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe muda ( Hary Witriyono, 1993).
Budidaya tanaman kencur di pedesaan umumnya masih bersifat sampingan. Maka tidak heran bila kuantitas dan kualitasnya beraneka ragam. Buku ini menyajikan cara penanaman kencur agar dapat memperoleh hasil yang maksimal ( Rahmat Rukmana, 1994).
Brotowali adalah tanaman asli Asia Tenggara. Di balik rasanya yang pahit,ternyatabrotowali mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit, ringan dan berat, seperti diabetes mellitus, hepatitis, rematik, dan gatal-gatal. Harapannya, dengan buku ini pembaca bisa mengaplikasikan atau meramu sendiri resep-resep obat dari brotowali. Sebagai pelangkap, buku ini disertai juga dengan pengalaman para penggunanya ( Budy Kresnady, 2003).
Tetes tebu atau istilah ilmiahnya molasses adalah produk sisa pada proses pembuatan gula. Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana gula dalam sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi. Pada sebuah pemrosesan gula, tetes tebu yang dihasilkan sekitar 5 – 6 %. Walaupun masih mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk dikonsumsi karena mengandung kotoran-kotoran bukan gula yang membahayakan kesehatan. Mengingat nilai ekonomis yang masih tinggi, biasa Pabrik Gula menjual hasil tetes tebunya ke pabrik-pabrik yang memang membutuhkan tetes ini. Semisal contohnya : pabrik alkohol, pabrik pakan ternak dan lain sebagainya. (Dwidjoseputro, D. 1999).
Kunyit sudah lama dikenal sebagai tanaman untuk bumbu dapur. Selain itu, kunyit juga sudah turun temurun digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Akhir-akhir ini, kunyit juga sudah diolah secara modern dalam skla industri sebagai bahan baku obat, kosmetik, dan pewarna tekstil. Ramuan obat berbahan kunyit dijelaskan dalam buku ini dengan tujuan agar pembaca dapat mengolah sendiri resep-resep tersebut ( Winarto, 2004).
Masyarakat semakin menyukai cara pengobatan atau pencegahan gangguan kesehatan dengan bahan-bahan alami. Jahe, Kunyit, Kencur, dan Temulawak merupakan bahan alami yang berkhasiat bagi kesehatan. Salah satu bentuk penyajiannya adalah dengan dibuat menjadi minuman yang cepat saji dan praktis, dengan kata lain dikemas dalam bentuk bubuk instan. Buku ini memberikan informasi lengkap, mulai dari pengenalan komoditasnya, peralatan, proses pembuatan, pengemasan, pemasaran, hingga analisis usaha instan jahe, kunyit, kencur, dan temulawak ( Prastyo, 2003).
Temu-temuan dan empon-empon banyak dimanfaatkan untuk bumbu masak, bahan minuman, bahan kosmetika, dan bahan obat/jamu tradisional. Komoditas temu-temuan dan empon-empon saat ini tidak hanya dikenal di dalam negeri melainkan juga di luar negeri. Dengan demikian, komoditas ini memiliki prospek pasar yang sangat luas sehingga patut diperhitungkan oleh para petani ataupun pemerintah karena dapat mendatangkan pendapatan tambahan bagi petani dan devisa bagi negara. Buku ini menyajikan aneka temu-temuan dan empon-empon, baik yang sudah dikenal oleh masyarakat maupun yang belum, mulai dari pengenalan masing-masing komoditas, budidaya, manfaat, dan khasiatnya (Fauzilah Muhlisin, 1999).
Lengkuas merupakan sejenis rizom dengan kegunaan masakan dan perubatan, dan banyak digunakan di Asia Tenggara. Rupanya hampir sama dengan halia.

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Order : Zingiberales
Famili : Zingiberacea sp
( Wikipeda.Org, 2007)
Infeksi cacing tidak selalu menimpa anak-anak. Siapa pun bisa terinfeksi bila pola hidupnya kurang higienis. Untuk mengusir cacing dari saluran pencernaan kita itu bisa digunakan bahan-bahan alami di sekitar kita. Di antaranya temu ireng (hitam) atau temu giring ( Aliadi, 1996).
Tetes atau ampas tebu adalah cairan kental sisa kristalisasi dari pabrik gula. Badek adalah bibit fermentasi ciu yang diambil dari sisa penyulingan ciu sebelumnya. Setelah diaduk, pada permukaan campuran bahan dasar ciu akan keluar buih. Campuran bahan dibiarkan sampai tujuh hari sampai buih menghilang, baru siap dimasak, Bagi pembuat ciu, kalau badek habis atau tak sanggup menghasilkan buih pada campuran bahan ciu, berarti produksi mandek. Hasil sulingan tetes tebu biasanya mengandung alkohol 30-45 persen. Produsen ciu di Bekonang umumnya juga memproduksi alkohol 90 persen. “Alkohol itu campuran tetes tebu yang disuling dua kali. Setelah jadi ciu, dimasak lagi, ditambah zat kimia kostik. Jadinya alkohol 90 persen,.Dari 200 liter campuran bahan akan menghasilkan 30 liter ciu setelah melewati tiga jam penyulingan. Kalau tetesnya bagus uapnya keluar cepat. Kalau jelek bisa empat jam baru selesai, Ciu paling jelek kandungan alkoholnya berkisar 25 persen. Hasil sulingan ciu berwarna agak keruh ( Taman Kembang Pete, 2006)
Wibowo (1989) menyatakan bahwa fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dari asam amino secara anaerobik yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu akan dipecah menjadi unit - unit glukosa dengan bantuan enzim  amilase dan enzim glukosidose, dengan adanya kedua enzim tersebut maka pati akan segera terdegradasi menjadi glukosa, kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi alkhohol.
Buckel (1987) menyatakan bahwa fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim. Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme dan interaksi yang terjadi diantara produk dari kegiatan – kegiatan tersebut dan zat – zat yang merupakan pembentuk bahan pangan tersebut.
Dalam dunia pertanian ternyata urine sapi (air kencing sapi) sangat bermanfaat sekali bagi petani karena urine sapi mengandung berbagai unsur harasehingga dapat digunakan sebagai pupuk cair. Sebelum digunakan sebagai pupuk pertanian urine sapi ini sebaiknya di fermentasi terlebih dahulu.(Anonimus. 1978).
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman dikonsumsi.
Salah satu hasil pemikiran mengenai peningkatan kemampuan tanah adalah revolusi hijau yang dikembangkan di Indonesia pada awal 1970-an atau tepatnya pada tahun 1968 dengan dikenal dengan program BIMAS yang telah mampu mengubah sikap petani dari anti teknologi menjadi sikap mau memanfaatkan teknologi pertanian modern, seperti pupuk kimia, obat-obatan perlindungan dari hama dan bibit unggul. Pada dasarnya penggunaan teknologi tersebut ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tanah

Dari berbagai akibat penggunaan pupuk kimia tersebut masalah yang timbul antara lain :
1) Tanaman menjadi sangat rawan terhadap hama, meskipun produktivitasnya tinggi namun tidak memiliki ketahanan terhadap hama,
2) Penurunan daya kreasi terhadap petani yang diindikasikan dengan hilangnya pengetahuan lokal dalam mengelola lahan pertanian dan ketergantungan petani terhadap paket  teknologi pertanian produk industri.



Macam Sumber Urine :
1.      Urine Manusia
2.      Urine Kelinci
3.      Urine kambing
4.      Urine Sapi dll

Potensi Urine Sapi
1.      Urine sapi  = 15 – 20 ltr/hari
2.      Mengandung unsur mikro dan makro lengkap

Perbedaan Pupuk
1.      Pupuk anorganik memiliki jumlah hara yang tinggi
           (namun hanya memiliki jenis unsur hara yang terbatas )
2.      Pupuk organik sangat kaya jenis unsur hara (Makro dan Mikro)
            (namun dalam jumlah yang sedikit.)(Guntoro, S. 2006).

Pupuk cair alami yang dibuat ini mempunyai keunggulan tersendiri yaitu harganya murah,pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain. Produk ini berfungsi sebagai pengusir hama tikus,wereng, walang sangit, dan penggerek serta sebagai sumber pupuk organik.(Dartius, 1995.).


A. Fungsi dari bahan organik
Bahan organik tanah meliputi semua jenis lapisan tanaman dan sisa hewan. Bahan organik ini akan berganti menjadi humus apabila telah dipisahkan menjadi komponen yang aktif di tanah. Di dalam tanah bahan organik secara garis besarnya berfungsi sebagai fisik, kimia dan biologi tanah. (S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.,1987)
Senyawa organik karbon adalah sumber energi yang dibutuhkan organisme untuk melakukan aktivitasnya . Senyawa organik dengan perbandingan C/N yang ada dalam tanah dapat digunakan untuk merangsang penyebaran nutrisi yang sulit masuk ke dalam tubuh mikroorganisme karena kekurangan nitrogen dalam tanah. Dengan perbandingan seimbang banyak mikroorganisme yang mati dan terurai kembali menjadi unsur-unsur nutrisi untuk kesuburan tanah (Sc Hsieh, 1990)
B. Nutrisi ( larutan pupuk)
Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap urine sapi, diantaranya adalahBuckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982 melaporkan bahwa urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA. Lebih lanjut dijelaskan bahwa urine sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jagung.
Karena baunya yang khas urine ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangan (Phrimantoro, 1995).
Lingga, ( 1991) melaporkan bahwa jenis dan kandungan hara yang terdapat pada beberapa kotoran ternak padat dan cair dapat dilihat pada Tabel 1. berikut.

Table 1. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair
Nama ternak dan bentuk kotorannya
Nitrogen
(%)
Fosfor (%)
Kalium (%)
Air (%)
Kuda –padat
0.55
0.30
0.40
75
Kuda –cair
1.40
0.02
1.60
90
Kerbau –padat
0.60
0.30
0.34
85
Kerbau –cair
1.00
0.15
1.50
92
Sapi –padat
0.40
0.20
0.10
85
Sapi –cair
1.00
0.50
1.50
92
Kambing –padat
0.60
0.30
0.17
60
Kambing –cair
1.50
0.13
1.80
85
Domba –padat
0.75
0.50
0.45
60
Domba –cair
1.35
0.05
2.10
85
Babi – padat
0.95
0.35
0.40
80
Babi –cair
0.40
0.10
0.45
87
Ayam –padat dan cair
1.00
0.80
0.40
55
Sumber : Lingga, 1991
Nutrisi organik dari hasil fermentasi sudah seimbang dalam jumlah dan komposisi unsur-unsur yang dikandung nutrisi tersebut (Nasution, H. F. 1997). Pada Pupuk buatan yang mengandung satu nutrisi saja bertolak belakang dengan pupuk organik yang beragam dan seimbang seperti yang dijelaskan dari hasil penelitian S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.(1987) pada Tabel 2 berikut:
Tabel.2. Jumlah unsur hara pada kotoran ternak.
Jenis
N
P
K
Ca
Hg
Na
Fe
Mn
Zn
Cu
Ni
Cr
Sapi
1,1
0,5
0,9
1,1
0,8
0,2
5726
344
122
20
-
6
Babi
1,7
1,4
0,8
3,8
0,5
0,2
1692
507
624
510
19
25
Ayam
2,6
3,1
2,4
12,7
0,9
0,7
1758
572
724
80
48
17
Sumber : Hsieh S.C dan C.F. Hsieh.(1987)
Nutrisi alami belum banyak dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat secara luas, sedangkan untuk pupuk telah lama digunakan petani. Pupuk atau nutrisi ini berasal dari kotoran hewan, seperti ayam, kambing, kerbau, kuda, babi, dan sapi. Kotoran tersebut dapat berupa padat dan cair (urine ternak) dengan kandungan zat hara yang berlainan. Pupuk kandang cair jarang digunakan, padahal kandungan haranya lebih banyak. Hal ini disebabkan untuk menampung urine ternak lebih susah repot dan secara estetika kurang baik - bau (Phrimantoro, 1995).
D. Teknologi fermentasi.
Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke subtrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut.
Joo. Y.H (1990). Melaporkan bahwa teknologi fermentasi anaerob untuk skala petani telah banyak dikembangkan, dimana hasilnya pupuk kandang dikonversikan tidak hanya dalam bentuk pupuk organik cair yang bagus tetapi juga dalam bentuk biogas yang berenergi tinggi.
Prinsip dari fermentasi anaerob ini adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi anaerob.
Studi tentang jenis bakteri yang respon untuk fermentasi anaerob telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatifyang mengkonversi sellulola menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal dan bakteri obligate yang respon dalam proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternatif energi pedesaaan.( Joo, 1990).



E. Fertigasi.
Cara pemupukan yang umum dilakukan adalah disebar dipermukaan tanah, dibenam di dalam tanah, disemprot pada daun, atau melalui air irigasi yang biasa disebut fertigasi (Sugeng, Y. B. 1998). Cara terakhir dipandang lebih efisien mengingat pemupukan dengan cara ditebar dipermukaan tanah ternyata banyak terbuang dan pembenaman pupuk padatan memerlukan lebih banyak air dan waktu untuk dapat diserap tanaman.
Fertigasi banyak dikembangkan melalui sistem irigasi curah, irigasi pancaran dan irigasi tetes dengan hasil yang memuaskan, yakni dapat menghemat pupuk, tenaga, dan jumlah serta waktu pemberian dapat disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi.



BAB III
METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium SMK Negeri I Mendo Barat.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan 2 minggu selama bulan November.
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
No
Nama alat
Jumlah
1
Ember
1 buah
2
Pengaduk
1 buah
3
Saringan
1 buah
4
Botol Bekas
5 buah
5
Bakcer Glass
1 buah
6
Drum Plastik
1 buah

2. Bahan yang digunakan
No
Nama Bahan
Jumlah
Satuan
1
Urine Sapi (Bison benasus L)
10
Liter
2
Lengkuas
2
Ons
3
Kunyit
2
Ons
4
Temu ireng
2
Ons
5
Jahe
2
Ons
6
Kencur
2
Ons
7
Brotowali
2
Ons
8
Tetes tebu/bibit bakteri
0.5
Liter
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Urine sapi (Bison benasus L) di tampung dan dimasukkna ke dalam drum plastik
2. Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, ditumbuk sampai halus kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik, maksud penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkan bau urine ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama.
3. Setelah itu tetes tebu dimasukkan kedalam drum plastik, lalu dimasukkan starter Sacharomyces cereviceae. Tetes tebu dan starter Sacharomyces cereviceae ini berguna untuk fermentasi dan nantinya setelah jadi pupuk cair bisa menambah jumlah mikroba menguntungkan yang ada didalam tanaah.
4. Fermentasi urine didiamkan selama 14 hari dan diaduk setiap setiap hari.
5. Drum plastik ditutup dengan kain serbet atau kertas.
6. Setelah 14 hari pupuk cair sudah jadi kemudian disaring dan dikemas.

D. Hasil yang dicapai
Setelah pembuatan pupuk cair selesai hasilnya bagus. Urine sapi (Bison benasus L) sebelum difermentasi warnanya coklat kekuning-kuningan, baunya masih berbau urine, tetapi setelah difermentasi warnanya berubah menjadi coklat kehitam-hitaman, dan sudah tidak berbau urine. Penulis sudah mencobakan pada tanaman sayur dan bunga ternyata bagus. Tanaman sayuran dan bunga yang telah diberi pupuk cair ini menjadi lebih subur, daunnuya kelihatan segar dan hijau serta ulat yang menghinggapinya hilang. Pupuk cair ini juga dapat meningkatkan keuntungan pertanian serta memberikan keuntungan bagi kita.







E. Perhitungan Biaya Wirausaha
1.Pengeluaran
NO
Uraian
Jumlah
Harga
Per satuan
Total
A
Bahan
1
Urine sapi (Bison benasus L)
10 Liter
Rp. 1000
Rp. 10.000
2
Lengkuas
2 Ons
Rp. 750
Rp.1.500
3
Kunyit
2 Ons
Rp. 750
Rp.1.500
4
Temu ireng
2 Ons
Rp. 750
Rp.1.500
5
Jahe
2 Ons
Rp. 750
Rp.1.500
6
Kencur
2 Ons
Rp. 750
Rp.1.500
7
Butrowali
2 Ons
Rp. 500
Rp.1.000
8
Tetes/starterSacharomyces cereviceae
0,5 Liter
Rp. 2.000
Rp . 1.000
Total Bahan
Rp. 19.500
B
Alat
1
Drum Plastik
1 buah
Rp. 10.000
Rp. 10.000
2
Saringan
1 buah
Rp. 2.000
Rp. 2.000
3
Botol bekas
5 buah
Rp. 100
Rp. 500
4
Ember
1 buah
Rp. 3.000
Rp. 3.000
Total Alat
Rp. 15.500
Pengeluaran Total
1. Bahan : Rp. 19.500
2. Alat : Rp. 15.500
3. Tenaga kerja : Rp. 15.000
4. Biaya Pemasaran : Rp. 10.000 +
Total : Rp. 50.000
Pemasukan
1. Jual pupuk cair 10 liter X Rp. 10.000 = 100.000
Keuntungan = Pemasukan - Pengeluaran
= Rp. 100.000 – 50.000 = Rp. 50.000

F. Sasaran Pemasaran
Dalam pembuatan pupuk cair yang bahan dasarnya urine sapi (Bison benasus L) ini yang menjadi sasaran adalah masyarakat khususnya petani dan pengusaha peternakan, karena pupuk cair ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian.



BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari hasil analisa laboratorium terhadap sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Beberapa sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi.
.pH
N
P
K
Ca
Na
Fe
Mn
Zn
Cu
Warna
Bau
Sebelum ferm.
7,2
1,1
0,5
0,9
1,1
0,2
3726
300
101
18
Kuning
Menyengat
Sesudah ferm.
8,7
2,7
2,4
3,8
5,8
7,2
7692
507
624
510
Hitam
Kurang
Sumber : Pengamatan langsung (2009).
Terlihat bahwa adanya peningkatan kandungan unsur-unsur kimia yang ada dalam urine sapi yang difermentasi bila dibandingkan dengan yang belum difermentasi.
Karena tanaman biasanya akan efektif memanfaatkan atau menyerap unsur dalam kisaran pH yang netral, maka nutrisi / urine sapi hasil fermentasi kemudian di encerkan dengan menggunakan air dengan perbandingan 1: 1000. Hasil pengenceran digunakan untuk mengairi tanaman, kemudian hasil pertumbuhan tanaman tomat yang ditanam dapat dilihat pada Tabel 4. berikut :
Tabel 4 Pertumbuhan tanaman dan produksi tomat yang di nutrisi dengan Urine sapi yang telah difermentasi.
Tinggi tanaman
Minggu ke
I
II
III
IV
V
Produksi
Total
Perlakuan
( cm)
(kg/tan)
Tanpa urine
5,6
9,4
15
22,3
47,2
2,8
Dengan Urine
5,4
8,7
18,3
29,7
68,3
3,4
Sumber : Pengamatan langsung (2003).
Dari Pengamatan terhadap tinggi tanaman pada awal pertumbuhan terlihat sedikit tertinggal dari yang tampa diberi urine tetapi pada minggu ke III sampai produksi malahan pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat hal ini disebabkan karena perkembangan perakaran tanaman sudah lebih sempurna begitu juga terhadap penyerapan nutrisinya.
Terhadap produksi tanaman juga melihatkan adanya perbedaan yang cukup baik dimana adanya peningkatan produksi pertanaman sebanyak 21,4 %
Dari hasil penelitian didapat bahwa urine sapi yang telah difermentasi dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman sebagai alternatif penganti pupuk buatan yang semakin hari semakin tinggi harganya sehingga petani tidak mampu lagi untuk membelinya. Kendala yang ditemui dalam pembuatan nutrisi ini adalah proses pengambilan urine dari sapi, karena tidak semua sapi jinak atau mau diperlakukan. Demikian juga dengan masalah bau yang ditimbulkannya merupakan masalah tersendiri pula dari segi estetika. Untuk itu diperlukan upaya lain untuk mengatasinya.




BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di dalam menyusun lapora ini penulis memperoleh kesimpulan:
1. Limbah cair peternakan khususnya urine sapi (Bison benasusL) dapat digunakan sebagai pupuk cair dengan menambahkan bahan tambahan didalamnya seperti lengkuas, kunyit, temuireng, jahe, kencur, brotowali, tetes tebu dan starter Sacharomyces cereviceae.
2. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini mesyarakat dapat memanfaatkan limbah urine sapi (Bison benasus L) dari peternakan sapi (Bison benasus L).
3. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini masyarakat dapat meningkatkan penghasilan dan dapat berwirausaha
B. Saran
1. Harus ditingkatkan pengetahuan bioteknologi kita biar dapat menghasilkan produk baru yang bermanfaat bagi manusia.
2. Harus ada pembinaan Karya Ilmiah Remaja di SMA Pancasila 1 Wonogiri secara berkelanjutan, untuk meningkatkan Ilmu pengetahuan.
3. Fasilitas LAB IPA khususnya Biologi perlu dilengkapi, sehinggha dalam praktek bisa berjalan dengan lancar.



DAFTAR PUSTAKA
Aliadi. 1996. Tanaman Obat Peliharaan. Sidowayah. Jakarta
Buckle, 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia press
Hadi, Setiono. 2004. Urine Sapi Bangkitkan Harapan Petani, Bogor.
Kresnady, Budy. 2003Si Pait Yang Menyembuhkan. Agromedia Pustaka. Jakarta
Muhlisah, Fauziah. 1999. Temu-temuan dan Empon- Empon Budi Daya dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
Prastyo. 2003. Teknologi Tepat Guna Instan. Kanisius. Yogyakarta
Rukmana Rahmat. 1994. Kencur. Kanisius. Yogyakarta
Wibowo. 1989. Biokimia Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM Press.
Winarto, Ir. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka. Jakarta
Witriyono Harry, 1993Peningkatan Produksi Jahe. Yogyakarta
. 2007. Lengkuas. Wikipeda, Org. 2006. Bangsa Penenggak Arak. Taman Kembang Pete. Jakarta.
 Hsieh, S. C. and C. F. Hsieh. 1987. International seminal on the use of organic fertilizers production. Rural Development Administration (RDA), Taiwan.
Lingga, Pinus. 1991. Pupuk dan Cara Memupuk. Kanisius, Jakarta.
Joo. Y.H .1990Peningkatan Produksi Tanaman. Yogyakarta
Primantoro. 1995Urine Sapi Bangkitkan Harapan Petani, Bogor.
Rahman. 1989Teknologi Tepat Guna Instan. Kanisius. Yogyakarta
S.C.Hsieh dan C.F.Hsieh. 1987Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia press
 Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan Soegiman). Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Nasution, H. F. 1997. Dasar Peternakan. FP-USU, Medan.
Sugeng, Y. B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonimus. 1978. Penuntun Pembuatan Padang Penggembalaan (Hijauan Makanan Ternak). Direktorat Bina Produksi Peternakan, DirJen Peternakan Jakarta.

 Guntoro, S. 2006. Leaftet ”Teknik Produksi dan Aplikasi Pupuk Organik Cair dari Limbah Ternak”. Kerjasama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dengan Bappeda Provinsi Bali.
 Dwidjoseputro, D. 1999. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dartius, 1995. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara, Medan.